3.1.a.8.2. Blog Rangkuman Koneksi Antar materi - Modul 3.1
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1
Perkenalkan
saya Wawan Widartono Yulianto,S.Pd.SD. dari SD N 2 Selo, Kecamatan Tawangharjo,
Kabupaten Grobogan. calon Guru Peggerak Angkatan 10 tahun 2024. Pada kesempatan
ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan keputusan berbasis
nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Namun sebelumnya saya kutipkan
kalimat bijak berikut ini untuk menjadikan renungan bagi kita bersama.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Pada hakikatnya pendidikan ini untuk mengembangkan potensi seseorang dan diarahkan pada tujuan yang diharapkan untuk menjadikannya sebagai manusia yang utuh. Pemberdayaan potensi peserta didik diarahkan untuk membangun karakter pribadinya sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya. Sebagai sebuah institusi moral, sekolah merupakan sebuah miniatur dunia yang berkontribusi terhadap terbangunnya budaya, nilai-nilai, dan moralitas dalam diri setiap murid. Perilaku warga sekolah dalam menegakkan penerapan nilai-nilai yang diyakini dan dianggap penting oleh sekolah, adalah teladan bagi murid.
Seorang pendidik harus mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Hal ini akan tercermin dalam perilaku kesehariannya, sehingga seorang pendidik dapat menjadi role model bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan tempat tinggal.
Dalam
menjalankan perannya, kita sebagai seorang pendidik harus mampu memberikan
kontribusi bagi peserta didik, dimana dalam setiap pengambilan keputusan harus
berpihak kepada murid yang berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan. Kita
menyadari bahwa setiap pengambilan keputusan akan merefleksikan integritas
sekolah, nilai-nilai apa yang akan dijunjung tinggi, dan keputusan-keputusan
yang diambil kelak akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah
dan lingkungan sekitarnya. Jadi seorang pendidik senantiasa berupaya untuk
menanamkan karakter dengan menjunjung nilai-nilai kebajikan universal dan
memperhatikan kebutuhan setiap peserta didik.
Pendidikan
merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter ,
norma-norma sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral,
kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan
datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha
karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.
Setelah kita memahami beberapa hal
diatas, berikut adalah pendekatan atas tinjauan dari koneksi antar materi pada
modul 3.1 Pendidikan Guru Penggerak tentang pengambilan keputusan.
1. Bagaimana filosofi Ki Hajar
Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan
keputusan sebagai seorang pemimpin?
Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki pengaruh bagaimana
seorang guru mengambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.
Semboyan yang dicetuskan oleh KHD yang sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak bagi pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. Semboyan ini memiliki makna mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid agar menjadikan mereka sebagai generasi yang cerdas dan berkarakter sebagaimana tercermin dalam profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan dalam proses pembelajaran di sekolah, yang tidak hanya menitik beratkan pada konten kurikulum, namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam
dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam
pengambilan suatu keputusan?
Perangai
seseorang terkadang merupakan cerminan dari nilai-nilai yang tertanam dalam
diri seseorang tersebut. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap prinsip-prinsip
yang diambil ketika seseorang tersebut akan mengambil keputusan. Begitu pula
dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi
kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self
management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan
berhubungan sosial (relationship skills), akan mendukung dalam
mewujudkan sikap Tut wuri handayani . Hal ini dapat dilakukan oeh
seorang pendidik dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi
semua warga sekolah. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik
akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Nilai kejujuran, integritas sebagi
pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan — kebijakan yang
diambil dalam setiap keputusan.
3.Bagaimana materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan
pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama
dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan
keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri
kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu
oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.
Tidak dapat dielakkan bahwa kita selalu
dihadapkan pada berbagai permasalahan yang membutuhkan suatu keputusan dalam
penyelesainnya. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan langkah-langkah yang
mengacu pada prinsip tertentu, karen dalam pengambilan keputusan berkaitan erat
dengan masa depan suatu organisasi, apalagi menyangkut pada keputusan yang
sifatnya strategis. Salah satu faktor yang sangat membantu dalam pengambilan
keputusan adalah keterampilan coaching. Sebagai pendidik, guru harus
memilikiketerampilan coaching.
Selama proses pembelajaran, pendampingan dalam pengujian pengambilan keputusan
melalui kegiatan coaching (bimbingan) yang dilakukan oleh
fasilitator saya rasakan sangat efektif dalam membantu pemahaman saya.
Beberapa
contoh praktik coaching dapat memberi gambaran yang utuh untuk dapat diterapkan
di sekolah. Keputusan yang diambil dengan teknik coaching yang
berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang
berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik
coaching dilakukan denga prinsip kesetaraan, sehingga tidak terkesan menggurui
tapi justru akan menimbulkan rasa nyaman sehingga coach, sehingga mampu
mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari
coachee. Begitu pula dengan coachee yang dengan rasa nyaman dapat menyampaikan
hambatan — hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai. Hal ini
karena coach mampu menjadi pendengar yang baik sehingga mampu membantu
menguraikan permasalahan melalui pertanyaan-pertanyaan berbobot. Dengan
coaching, guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses
pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan terhadap siswanya
sehingga dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di
sekolah dengan baik.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam
mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap
pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan
guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan. Dalam setiap pengambilan keputusan wajib
berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dengan
berpedoman pada 9 langkah pengambilan keputusan. Melalui kedua dasar tersebut
kita dapat menganalisis sehingga dapat membedakan antara dilema etika atau
bujukan moral.
Kepekaan
sosial emosional seseorang akan menumbuhkan empati dan simpati, sehingga dapat
menempatkan diri untuk bisa mengenal orang lain . Dengan simpati dan empati
kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, sehingga kita dapat
mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, disaat harus melakukan
pengambilan keputusan. Guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran akan
bertindak atas dasar keberpihakan pada murid. Dalam setiap keputusannya harus
mempertimbangkan bayak hal yang bermuara pada murid, berbasis etika dan nilai
kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa
keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka
panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis
peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah
yaitu:
1. Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan
2. Menentukan siapa saja yang terlibat
3. Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
4. Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji
regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola
5. Pengujian paradigma benar lawan benar
6. Prinsip Pengambilan Keputusan
7. Investigasi Opsi Trilemma
8. Buat Keputusan
9. Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang
fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut
seorang pendidik?
Pembahasan
studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika akan semakin mengasah
empati dan simpati seorang pendidik. Pendidik yang telah terlatih akan
mempunyai rasa empati dan simpati yang baik sehingga diharapkan mampu
mengidentifikasi dan memetakan paradigma dilema etika agar pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran lebih bijak.
Kebijakan
yang muncul pada saat pengambilan keputusan tetap mengacu keberpihakan dan
mengutamakan kepentingan murid, sehingga solusi tepat akan didapat dari setiap
permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu menganalisis permasalahan dari
berbagai sudut pandang dan pendidik yang dengan tepat, sehingga mampu
membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah
bujukan moral.
Ketika
seorang pendidik dihadapkan pada kasus-kasus yang berfokus pada masalah moral
dan etika, maka keputusan yang diambil akan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
dianutnya. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan
yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun
sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral,
agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung bermuara pada
kebenaran menurut versi pribadi. Selain itu pembahasan studi kasus yang fokus
pada masalah moral atau etika juga dapat melatih ketajaman dan ketepatan dalam
pengambilan keputusan, sehingga dapat dengan jelas membedakan antara dilemma
etika ataukah bujukan moral. Keputusan yang diambil akan semakin akurat dan
menjadi keputusan yang dapat mengakomodir kebutuhan murid dan menciptakan
keselamatan dan kebahagian semua pihak berdasarkan nilai-nilai kebenaran dan
kebajikan.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang
tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman.
Keputusan
yang kita ambil secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada
imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan
yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan,
keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita
dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga
murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya.
7. Apakah tantangan-tantangan di
lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di
lingkungan Anda?
Pengambilan
keputusan yang dilakukan berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema,
yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir
Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis
Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip tersebut tentunya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Meskipun setiap
keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, namun hal ini menjadikan salah satu
tantangan tersendiri. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan
terhadap kasus — kasus yang sifatnya dilemma etika adalah perasaan tidak enak
yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan mengikuti 9
langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan
keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan
yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?
Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang
berbeda-beda?
Pengaruh
pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid
-murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Dengan merdeka belajar, murid
bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada
paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan
sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang
diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Disinilah
dasar pijakan kita bahwa semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid,
dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat
yang sudah ada. Kurikulum merdeka sangat berorientasi pada murid, hal ini
terlihat dari kurikulum kelas XI di SMK yang tidak lagi memecah materi menjadi
beberapa kompetensi, namun menjadi satu kesatuan utuh dan mendalam kedalam satu
mata pelajaran. Penggunaan model pembelajaran berdiferensiasi akan mampu
mengakomodir kebutuhasn setiap siswa sesuai dengan bakat dan keahliannya. Guru
hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran terpusat pada siswa, dengan didukung
pada penerapan secara eksplisit maupun implisit KSE yang akan semakin
memperkuat dan mempertajam wujud nyata dalam memfasilitasi dan mengasah
keterampilan social emosional murid-murid kita.
9. Bagaimana seorang pemimpin
pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa
depan murid-muridnya?
Keputusan
yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik
jangka panjang maupun pendek bagi murid. Hal yang sudah kita putuskan dan kita
lakukan akan akan terekam menjadi suatu catatan dan akan menjadikan role model
tentang apa dan bagaimana kelak murid-murid berpikir dan bertindak.
Bagaimana
mereka mengambil keputusan di masyarakat dikemudian hari. Gambaran ini
menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat,
benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar
salahnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan lima uji yaitu uji legal, uji
regulasi, uji instuisi, uji publikasi dan uji panutan atau uji idola akan menjadikan
pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga tidak menyesatkan
murid-murid.
10. Apakah kesimpulan akhir yang
dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan
modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan
akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan
modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi atau
skill yang harus dimiiki oleh guru sebagai pendidik. Terkait dengan tugas dan
fungsinya seorang guru dalam membuat keputusan harus berlandaskan pada filosofi
Ki Hajar Dewantara, karena setiap keputusan yang diambil akan mewarnai pola
pikir dan karakter murid. Agar keputusan yang diambil dapat memberikan
kemanfaatan untuk banyak orang, mampu mengantarkan pada lingkungan yang
positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) dan dapat
dipertanggungjawabkan, maka harus dilakukan berdasarkan pada budaya positif dan
menggunakan alur yang tertata seperti BAGJA. Hal ini dilakukan semata untuk
menghantarkan murid menuju profil pelajar pancasila, yang dalam perjalanannya
banyak benturan yang sifatnya dilema etika dan bujukan moral. Untuk itu
diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan,
sehingga langkah yang diambil selalu berpihak kepada murid.
Sekolah
sebagai institusi yang berfungsi memberikan pelayanan, membimbing, mendidik dan
mengajar para peserta didik agar memiliki sifat/tingkah laku yang lebih baik.
Sekolah juga bertugas melakukan proses transfer ilmu dan pembentukan karakter
peserta didik. Banyak hal yang harus dilakukan, tentu saja banyak juga
pengambilan keputusan yang mewarnai kebijakan-kebijakan sekolah. Guru sebagai
pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan dengan bijak, dengan
mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan kelas.
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpim pembelajaran dengan menggunakan
alur BAGJA, selalu berorientasi untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat
menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being). Guru mempunyai kewajiban
untuk mengantarkan murid menjadi insan yang cerdas dan berkarakter, menuju
profil pelajar Pancasila. Harapan ini pasti dibutuhkan komitmen dari semua
pihak. Dalam mengawal impian ini tentu banyak juga ditemui permasalahan baik
yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan
sembilan langkah dalam pengambilan keputusan dan pengujian agar keputusan yang
diambil berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Sebagai salah
satu bentuk merdeka belajar adalah diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi.
Dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid akan terpenuhi sesuai
dengan bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya.
11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang
konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan
bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan
keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal
yang menurut Anda di luar dugaan?
Hal-hal
yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan
bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat
diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan
keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang
banyak. Disamping itu secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan
satu sikap keberanian dengan segala konsekwensinya.
12. Sebelum mempelajari modul ini,
pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi
moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di
modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya
pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika, namun yang saya
lakukan hanya sebatas pada pemikiran didukung dengan beberapa pertimbangan.
Saya sudah merasa aman bila keputusan yang saya ambil sudah sesuai aturan dan
tidak berdampak merugikan banyak orang. Dengan belajar modul ini saya menjadi
lebih kaya akan pengetahuan bahkan telah mempraktikkan, bagaimana cara pengambilan
keputusan yang tepat dengan menggunakan langkah-langkah tertentu yang tak lepas
dari paradigma dan prinsip-prinsip yang ada.
13. Bagaimana dampak mempelajari
konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda
dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Konsep yang sudah saya pelajari di modul
ini memberikan dampak yang besar bagi pola pikir saya. Sebelumnya saya berpikir
bahwa pengambilan keputusan yang telah didasarkan regulasi dan sosial saja
sudah cukup, ternyata banyak hal yang menjadi dasar. Dalam konteks ini terdapat
4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs
community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran
lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka
panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3
prinsip dan 9 langkah. Saya berencana akan mengimplementasikan landasan
tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran
maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi.
Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya yakin bahwa
keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu berpihak
pada murid.
14. Seberapa penting mempelajari topik
modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Materi pada modul 3.1 bagi saya sangat
penting dan bermakna, karena dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti akan
menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan. Dari keputusan
tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang akan mewarnai perjalanan
sekolah untuk mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Salah
satu upaya untuk mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus memiliki
keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan.
Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9
langkah 4 paradigma dan 3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui
tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis
peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya,
berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based
Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan
dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).
Demikian koneksi antar materi yang saya
paparkan, saya menyadari masih sangat perlu untuk belajar lebih banyak, untuk
itu mohon masukannya agar menjadikan motivasi bagi saya untuk selalu tergerak
belajar dan melakukan aktivitas yang bermanfaat untuk orang lain. Guru
tergerak, bergerak dan menggerakan. Guru bergerak Indonesia maju.